Syaikhona Kholil Bangkalan adalah sosok ulama besar Nusantara yang dikenal memiliki daya tarik spiritual dan intelektual luar biasa. Kehebatannya tidak hanya terletak pada keluasan ilmunya, tetapi juga pada cara beliau mendidik. Beliau menerapkan Metode Mengajar Unik yang melahirkan banyak tokoh besar, termasuk pendiri organisasi Islam terkemuka di Indonesia.
Salah satu ciri khas Metode Mengajar Unik beliau adalah kombinasi antara pelajaran formal dan pendidikan spiritual yang mendalam (riyadhah). Para santri tidak hanya diwajibkan menguasai kitab kuning, tetapi juga menjalani disiplin spiritual tertentu. Pendekatan ini bertujuan membentuk karakter ulama yang kuat secara ilmu dan mental.
Syaikhona Kholil sering memberikan tugas atau ujian yang tidak biasa, yang terlihat sepele namun sarat makna. Misalnya, menyuruh santri mencari kayu bakar atau mengurus ternak. Ini adalah bagian dari Metode Mengajar Unik beliau untuk menanamkan nilai kerendahan hati (tawadhu’) dan kemandirian, yang merupakan fondasi penting bagi seorang pemimpin umat.
Beliau juga dikenal sangat peka terhadap bakat dan potensi individual santri. Beliau tidak menerapkan kurikulum yang seragam, melainkan mengarahkan setiap santri sesuai dengan keahlian alaminya. Melalui cara ini, setiap santri didorong untuk mencapai puncak potensi, memastikan mereka siap memimpin di bidang masing-masing.
Penggunaan perumpamaan (tamsil) dan kisah-kisah hikmah menjadi instrumen penting dalam Metode Mengajar Unik Syaikhona Kholil. Beliau menyampaikan ilmu-ilmu yang kompleks dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami, sehingga pelajaran tersebut tidak hanya diingat di kepala, tetapi juga meresap ke dalam hati.
Hubungan beliau dengan santri sangat personal dan penuh kasih sayang (muamalah bil-mahabbah). Beliau bertindak sebagai guru, orang tua, sekaligus pembimbing spiritual. Kedekatan emosional ini menciptakan lingkungan belajar yang suportif dan memotivasi santri untuk berjuang mencapai ridha guru.
Sistem Musyawarah atau diskusi mendalam juga menjadi praktik harian di pesantren beliau. Santri didorong untuk berdebat secara sehat mengenai masalah-masalah fiqh dan tauhid. Ini melatih kemampuan berpikir kritis dan argumentasi logis, keterampilan esensial bagi ulama kelas dunia.
Warisan Metode Mengajar Unik ini bukan hanya menciptakan ahli agama, tetapi juga murabbi (pendidik) dan mujahid (pejuang) yang berdedikasi tinggi. Keberhasilannya terbukti dari banyaknya santri beliau yang kemudian mendirikan pesantren besar dan organisasi yang membentuk wajah Islam di Indonesia.
