Kualitas Belanja vs Kuantitas Anggaran: Dilema APBN

Efektivitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sering terjebak dalam dilema antara besarnya kuantitas anggaran yang disalurkan dan Kualitas Belanja yang dihasilkan. Besaran dana yang dialokasikan, meskipun penting untuk mencapai skala ekonomi, tidak selalu menjamin dampak positif yang signifikan pada masyarakat. Fokus yang berlebihan pada penyerapan anggaran, tanpa mengindahkan hasil akhir, dapat menyebabkan pemborosan dan proyek yang tidak tepat sasaran.

Meningkatkan Kualitas Belanja berarti mengalihkan fokus dari sekadar menghabiskan dana menjadi menghasilkan nilai tambah tertinggi bagi perekonomian dan kesejahteraan rakyat. Hal ini menuntut para pengambil kebijakan untuk Menganalisis Tren dan hasil program, bukan hanya laporan pengeluaran. Setiap Jejak Program yang didanai harus dievaluasi berdasarkan dampak sosial dan ekonominya, bukan kecepatan penyerapannya.

Salah satu tantangan utama dalam mencapai Kualitas Belanja adalah mentalitas “money follow function” yang harus diubah menjadi “money follow result”. Anggaran harus dialokasikan berdasarkan kinerja dan capaian program di masa lalu, bukan hanya pada tugas rutin kementerian. Perlu ada Komunikasi Asertif dari Kementerian Keuangan kepada lembaga pelaksana mengenai pentingnya output yang terukur.

Kualitas Belanja yang buruk sering tercermin dari pembelian barang modal yang tidak relevan, proyek yang mangkrak, atau pembiayaan kegiatan yang duplikatif. Untuk mengatasi ini, pemerintah perlu Membongkar Mitos bahwa anggaran besar secara otomatis menghasilkan pembangunan yang besar. Sebaliknya, APBN harus berfungsi sebagai Strategi Belajar pemerintah untuk mengalokasikan sumber daya secara cerdas dan adaptif.

Mengintegrasikan Sistem Degree Day ala kebijakan, yaitu metrik berbasis kinerja dan dampak, dapat membantu. Setiap program harus memiliki target yang jelas, dan pencairan dana tahap berikutnya harus dikaitkan dengan pencapaian target sebelumnya. Teknik Panen anggaran harus selektif, memotong alokasi untuk program yang berkinerja rendah dan mengalihkannya ke yang berkinerja tinggi.

Pemerintah perlu Membangun Keterampilan perencanaan yang lebih matang, menghindari last-minute spending atau pengeluaran menjelang akhir tahun anggaran. Pengeluaran yang terburu-buru hampir selalu mengurangi Kualitas Belanja dan meningkatkan risiko korupsi. Peningkatan efisiensi dalam proses pengadaan dan pelaksanaan proyek adalah prasyarat mutlak.

Pada akhirnya, efektivitas APBN tidak terletak pada berapa banyak uang yang dibelanjakan, melainkan seberapa baik uang itu dibelanjakan. Transisi dari budaya kuantitas ke budaya Kualitas Belanja adalah reformasi fundamental yang diperlukan untuk memastikan APBN benar-benar menjadi instrumen pendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang berkelanjutan.

journal.pafibungokab.org

learn.pafipemkotkerinci.org

news.pafipemkotpalopo.org